20/07/10

INTEGRASI PASAR AGROBISNIS DENGAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN DI JAWA TIMUR YANG BERDAYA SAING GLOBAL DAN BERKELANJUTAN

Sektor pertanian Jawa timur pada tahun 2009 menyumbang kontribusi sebesar 17.91% terhadap PDRB Jatim. Namun perkembangan harga gabah kering dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar. Krisis infrasturktur yang buruk juga bisa menjadi penyebab pengurangan daya saing pertanian. Berbagai kerusakan dan alih fungsi saluran-saluran irigasi, konversi lahan sawah menjadi perumahan, pabrik dan akses pasar yang sulit dapat menyebabkan sektor ini kehilangan daya saingnya.
Jawa timur sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Dengan tingkat kemiskinan penduduk Jawa timur sebesar 6,5 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 55,41% adalah petani dan buruh tani. Hal inilah yang menjadi PR besar bagi lembaga-lembaga terkait untuk meningkatkan pendapatan petani agar standard hidup mereka meningkat. Pasal 33 UUD 45 mengamanatkan bahwa pembangunan ekonomi ditunjukkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Dengan demikian, pembangunan ekonomi Indonesia harus didasarkan dan sepenuhnya memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya alam Indonesia.
Berangkat dari pengertian pasal 33 UUD 45 maka pemerintah Jawa timur merumuskan visi RPJD yang berbunyi: “Pusat Agrobisnis Terkemuka, Berdaya Saing Global dan Berkelanjutan Menuju Jawa Timur Makmur dan Berakhlak”. Dengan RPJD diatas, pemerintah Jawa timur ingin mengembangkan sektor pertanian sebagai prime mover didalam pembangunan ekonomi Jawa timur. Didasarkan pada sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di Jawa timur yaitu sektor pertanian.
Masyarakat Jawa timur berharap RPJD diatas tidak hanya menjadi pemanis politik saja, tetapi bisa direalisasikan di dunia nyata. Hal itu tentu tidak muda, banyak tantangan yang harus dihadapi. Seperti kita ketahui bersama, tingginya tingkat ketidakpastian di kalangan dunia usaha menyebabkan rendahnya tingkat investasi rill, yang kemudian akan menyebabkan stagnanisasi didalam perekonomian. Sektor pertanianpun tidak lepas dari masalah tersebut.
Di era globalisasi dimana sekat-sekat antar Negara semakin sempit, menyebabkan arus perdagangan internasional berputar begitu cepatnya. Hal ini bisa kita lihat peranan sektor perdagan internasional didalam PDB Indonesia berkisar antara 3,8-4,5%. Dengan kontirbusi yang cukup tinggi didalam PDB Indonesia, tentunya harus dapat membaca peluang tersebut. Liberalisasi perdagangan intra ASEAN yang sudah dimulai pada tahun 2007 mebuat kompetisi produksi perdagangan semakin sengit. Untuk itu pemerintah perlu menjalankan strategi-strategi yang pro rakyat Indonesia secara cermat.
Bagi Indonesia sendiri perdagangan bebas ASEAN plus(China, Korea, dan Jepang) memiliki peluang keuntungan yang lebih besar dari pada perdagangan bebas ASEAN (AFTA). Sejarah menunjukkan bahwa secara alamiah perdagangan kita dengan Negara-negara Asia Timur telah lama tumbuh dan berkembang.
Sektor pertanianpun tak luput dari dampak perdagangan bebas ini. Hasil-hasil pertanian dari luar negeri. Kita bisa mendengar di media massa bagaimana barang-barang tersebut masuk dan menggerogoti pangsa pasar dari pertanian kita. Memang ini adalah era persaingan global, era dimana yang lebih murah, lebih baik dan lebih mudah didapat yang menang. Tetapi sebagai sebuah institusi yang bernama Republik Indonesia alangkah baiknya jika kita memprioritaskan produk pertanian kita sendiri. Sejarah sudah membuktikan bahwa kandungan gizi hasil pertanian dari tanah Nusantara lebih baik dari kandungan gizi dari tanah Negara lain.
Memang pembangunan ekonomi di masa lalu dirasakan lebih diarahkan untuk mencapai partumbuhan yang tinggi, dengan harapan bahwa hasil pertumbuhan ekonomi tersebut akan secara otomatis terjadi trickle down effect ke bawah. Namun saying sebuah konsep hanya tinggal konsep diatas kertas tanpa ada realisasinya. Dan kalaupun ada hasil tersebut hanya sedikit yang dirasakan.
Untuk membangun sektor pertanian yang mempunyai daya saing global, harus mendapat dukungan investasi, integrasi pasar dan pengembangan potensi kekayaan sumber daya lokal. Sejarah sudah membuktikan, membangun tanpa berpijak pada potensi dan pengembangan sumber daya lokal menjadikan kita tidak dapat membangun secara berkelanjutan. Dengan dicanangkannya RPJD Jawa Timur diharapkan potensi dan pengembangan sumber daya lokal akan mampu memajukan secara berkelanjutan industri pertanian Jawa timur.
Sektor pertanian di Jawa timur terbukti tetap kuat walau krisis melanda Indonesia bahkan menjadi tumpuan Negara ini. Saat ini sektor pertanian menghadapi tantangan yang berat mulai dari faktor internal hingga faktor internal. Fakor internal sektor pertanian masih berputar pada masalah tingkat produktivitas yang rendah, kesejahteraan petani yang rendah, semakin berkurang lahan pertanian, memberikan pendapatan yang rendah serta masalah baru yaitu perubahan iklim global. Perubahan iklim sedikit banyak sangat mempengaruhi produktifitas pertanian, karena pertanian kita lebih banyak tergantung pada alam maka perubahan iklim yang mengubah siklus cuaca dan kenaikan suhu mengakibatkan petani tikesulitan memprediksi kondisi cuaca dan kapan panen bisa segera dinikmati.
Faktor eksternal yang dihadapi sektor pertanian dewasa ini adalah persaingan produk dari pasar luar negeri, akses pasar yang belum bisa ditembus oleh para petani, masalah distribusi hasil-hasil pertanian, sehingga pasar sering kekurangan dan akibatnya harga melonjak naik. Faktor internal dan eksternal inilah yang mengurangi daya saing sektor pertanian kita. Bicara masalah daya saing, secara umum perekonomian Indonesia mengalami penurunan daya saing. Publikasi dari International Institute for Management Development pada tahun 2008 menunjukkan bahwa Indonesia mengalami penurunan daya dari tahun 2003-2008. Menurut lembaga diatas, Indonesia pada tahun 2008 berada pada peringkat ke 54 dari 55 negara yang disurvei.
Penurunan daya saing perekonomian Indonesia tentu berakibat pada rendahnya investasi yang direalisasikan pada sektor rill. Sampai saat ini bermain dengan instrument moneter masih jauh lebih menarik dari pada berinvestasi pada sektor rill. Jawa timur dengan rencana RPJDnya diharapkan mampu mengubah wajah pertanian kita yang digambarkan memiliki daya saing rendah dengan sejuta persoalan didalamnya. Ibarat orang, pertanian bisa digambarkan sebagai orang tua yang sudah tidak mampu lagi memikul beban perekonomian, tetapi masih menjadi tumpuan hidup anak-anaknya. Mampukah pemerintah Jawa timur mengubah wajah orang tua ini, menjadi wajah anak muda yang sehat dan dinamis?
Sektor pertanian Jawa timur berikut system agrobisnisnya sangat dominan dalam penyerapan tenaga kerja. Dengan corak industry padat karya memungkinkan sektor ini menyerap tenaga kerja sebesar 45% dari total angkatan kerja. Namun jika ingin pekerja disektor ini harus siap-siap untuk mendapatkan penghasilan yang rendah. Karena 55,4% penduduk miskin di Jawa timur bekerja pada sektor pertanian. Namun masih ada cahaya di ujung lorong. Jika kita menyimak strutur ketenagakerjaan pedesaan, sektor pertanian memegang 58,8% dari kesempatan kerja. Jika rencana RPJD Jawa Timur berhasil setidaknya akan mengentaskan 3,25 juta jiwa penduduk Jawa timur dari garis kemiskinan. Sebagai penutup penulis akan mengutip kata-kata dari Kwik Kian GIE bahwa tak ada satu pun negeri yang kini telah menjadi Negara Industri maju tanpa didahului dan diiringi dengan kemajuan sektor pertaniannya. Jika fakta sejarah sudah membuktikan, mengapa Jawa timur tidak mencoba untuk kembali pada fakta sejarah ini?