12/10/10

MASIHKAH KITA MENUTUP MATA?

Kalau satu negara penuh dengan kekayaan alam, tetapi lemah semangat persatuan, lemah intelektual dan mempunyai mental babu, maka negara itulah yang akan jadi umpan atau makanan negara yang gagah perkasa( Tan Malaka,Madilog). Ungkapan ini diucapkan Tan Malaka didalam bukunya yang berjudul Madilog(Materialistik, Logika dan Dialektika) sejak 70 tahun yang lalu. Yang penulis rasa masih pas untuk kita obrolkan. Dalam tulisan ini penulis tidak akan membahas tentang bagaimana dan apa itu Madilog? Tapi penulis lebih sekedar bercerita bagaimana hubungan antara kekayaan alam, intelektual, semangat persatuan dan lingkungan.
Kawan akhir-akhir ini sering sekali bencana alam menimpa negeri ini, mulai dari bumi Aceh sampai bumi Papua. Bisa dikatakan dari Sabang sampai Merauke sudah pernah terkena bencana. Kawan menurut berita yang penulis dengar, banjir yang menimpa kota Wasior Papua merupakan akibat badai La Nina. Badai jahat yang membawa udara basah sehingga menimbulkan hujan badai yang besar dan terus menerus. Kawan menurut para Ahli klimatologi dan sejenisnya, badai ini merupakan saudara kandung dari badai El Nino. Kedua badai ini muncul dikarenakan adanya fenomena yang disebabkan oleh perubahan iklim (climate change).
Kawan kegiatan ekonomi pada abad 21 telah mengeksploitasi sumber daya alam untuk menghasilkan output dan menaikkan pendapatan domestik bruto (PDB). Kegiatan eksploitasi yang dilakukan terus menerus menimbulkan sebuah eksternalitas negatif berupa kerusakan lingkungan. Hukum permintaan dan penawaran tidak memasukkan faktor lingkungan didalam penentuan nilai dan harga sebuah barang. Semakin tinggi permintaan akan sebuah barang dan semakin sedikit persediaan barang tersebut menyebabkan harga barang menjadi mahal. Pada umumnya barang hasil sumber daya alam mempunyai nilai tinggi dan harga yang mahal didalam pasar. Minyak bumi, batu bara, tembaga, emas adalah contoh barang tambang yang mempunyai nilai tinggi dan harga yang mahal di pasar dunia.
Kawan masih ingatkah engkau tentang hukum Termodinamika? Hukum ini berbunyi bahwa proses perubahan suatu zat menjadi zat lain akan menghasilkan zat sisa yang dinamakan limbah, zat sisa ini bisa berwujud padat, cair dan gas. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi dikembalikan kepada lingkungan melalui sungai, tanah dan udara. Limbah yang ada semakin lama-semakin bertumpuk, dan lingkungan tidak dapat menetralkan secara alami. Sehingga alam yang menjadi pijakan hidup manusia mengalami penurunan kualitas.
Inilah kawan, inilah pokok permasalahan kita, limbah buang. Kawan dijaman serba modern, kecepatan pertumbuhan ekonomi lebih diperhatikan dari pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Perbedaan paling mendesar dari kedua konsep ini adalah memasukkan dan tidak memasukkan variabel lingkungan didalam perhitungan perencanaannya. Lebih mudahnya, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan tmerupakan 2 konsep yang tidak bisa dilakukan disatu tempat dalam waktu yang bersamaan.
Kawan perekonomian kita sebagian besar ditopang oleh kekayaan alam alias bahan mentah. Bahan mentah tersebut seperti Minyak bumi, tembaga, batu bara, timah, kayu, air dll. Semua itu adalah penopang perekonomian kita kawan. Apa lagi sistem perkonomian kita menganut menganut sistem perekonomian terbuka menyebabkan, perekonomian Indonesia terhubung secara langsung dengan sistem perekonomian dunia. Implikasinya kita terhubung dengan pergerakan modal internasional.
Teori investasi mengatakan bahwa semakin kecil hambatan perdagangan akan mempertinggi fluktuasi perpindahan aliran modal. Celakanya 70% modal perekonomian kita tetap dikuasai oleh negara asing. Memang teori komperatif perdagangan internasional hal tersebut bukan masalah, selama terjadi pertumbuhan ekonomi is okey no problem. Namun akan menjadi masalah jika kita hubungkan dengan masalah lingkungan atau stabilitas perekonomian nasional (misalnya). Kenapa hal itu terjadi? Akan penulis ceritakan pada paragaf berikutnya.
Semua pergerakan modal dewasa ini masuk pada pasar keuangan atau pasar modal. Memang ada yang foreign investment (investasi langsung/PMA). Saat investor ingin memasukkan dana pada pasar keuangan atau pasar modal, tentu investor melihat saham mana yang mempunyai prospek cerah. Prospek cerah ini ditinjau dari tiga hal. 1. Laporan keuangan, 2. Output yang dihasilkan dan 3. Stabilitas harga saham tersebut. Semua tiga komponen diatas bermuara pada proses produksi. Saat proses produksi baik, maka seluruh tiga komponen diatas itu baik. Berarti saham perusahaan tersebut mempunyai prospek layak beli.
Okey, singkat kata investor tadi membeli saham perusahaam tersebut. Menurut teori modal perusahaan tersebut bertambah dan digunakan untuk melakukan kegiatan produksi. Nah, dari kegiatan produksi inilah terjadi sebuah trade off (bertolak belakang) antara kegiatan ekonomi dan kualitas sumber daya alam. Terlebih lagi jika perusahaan itu bergerak pada sektor pertambangan dan manufaktur. Kita kembalikan pada hukum termodinamika bahwa kegiatan produksi tersebut akan menghasilkan sebuah zat sisa yang dinamakan polusi. Polusi yang dihasilkan oleh industrialisasi menjadi ancaman bagi keberhasilan sustainable development.
Itu baru polusi, belum lagi kerusakan alam langsung seperti munculnya lumpur, hilangnya hutan, keringnya tanah dll. Semua itu yang menanggung adalah negara Indonesia. Dari sisi kestabilan pasar keuangan lebih mengerikan lagi dampak yang ditanggung Indonesia. Masih ingat krisis 1997/1998? Bagaimana sebuah modal asing ditarik keluar dan berakibat runtuhnya bangunan perekonomian kita? Itulah mengapa tulisan Tan Malaka menarik untuk diceritakan kembali.
Tan Malaka tidak bercerita tentang modal dalam arti uang, tapi modal dalam arti kualitas manusia. Kualitas tersebut tidak hanya pintar secara intelektual tapi juga pintar dalam hubungan Meng-Allahkan Allah, Memanusiakan-manusia dan MengAlamkan-alam. Modal dalam arti uang merupakan variabel ikutan. Jika kita pintar dan peduli terhadap negara ini tentu kejadian di Wasior, Lapindo, dan tempat lain tidak akan terjadi. Masihkah kita menutup mata kawan, tentang semua ini? Tentang memacu perekonomian dan memperkaya diri tanpa mengindahkan pembangunan lingkungan? Kawan kuberitahu engkau satu rahasia, saat harga saham sebuah perusahaan industry sedang tinggi (mahal) berarti emisi yang dihasilkan juga tinggi. Terserah engkau boleh percaya, boleh tidak? Wong ini namanya rahasia kok.
Kawan ilmu modern boleh membuatmu penasaran dan terkagum-kagum. Tetapi dunia sudah membuktikan ilmu modern masih kurang sempurna untuk memecahkan masalah dunia. Dibutuhkan pendamping ilmu yang berasal dari ilmu kuno, ilmu tradisonal. Kawan Yakin Usaha Sampai (YaKuSa) untuk mencapainya. Terimah kasih kawan sudah menyempatkan waktu sejanak untuk menengok cerita pengantar tidur ini. Lain waktu kita berjumpa lagi.