07/11/10

ACTION FOR INDONESIA

Tanah airku tidak ku lupakan, kan terkenang didalam hidupku. Tanahku yang ku cintai engkau ku hargai. Walaupun badai terus menerpamu, engkau tetap kebanggaanku. Indonesia dibalik kekayaan alammu, engkau menghadirkan sebuah tantangan yang begitu besar. Mulai dari: Keserakahan sebagian bangsamu, keserakahan dari bangsa asing, potensi bencana alam dan beberapa tantangan lainnya. Sekitar 75% kabupaten di Indonesia rawan bencana. Perinciannya, 110 kabupaten/kota rawan bencana gunung berapi, 149 kabupaten rawan kekeringan , 154 kabupaten/kota rawan longsor dan 83 kabupaten/kota rawan tsunami.
Ilmu Bencana
Dunia tidak bisa ditundukkan tanpa menggunakan ilmu. Ilmu selalu membukakan cahaya didalam kegelapan. Begitu juga bencana yang terjadi saat ini. Bencana gunung merapi, bencana tsunami dan bencana banjir Wasior tidak terlepas dari kelalaian manusia Indonesia betapa pentingnya sebuah ilmu. Ilmu itu bermacam-macam. Ada ilmu Ilmiah yang pembuktiannya melalui uji teori yang sudah ada. Ada ilmu titen yaitu ilmu dengan melihat gejala alam dalam jangka waktu yang lama. Ada ilmu gaib yaitu ilmu diluar logika manusia. Ada ilmu agama yaitu ilmu yang menyangkut kepercayaan. Dan masing-masing pokok ilmu tersebut mempunyai cabang ilmu yang tidak terhitung banyaknya.
Ilmu membutuhkan sebuah pengorbanan yang besar untuk mendapatkannya. Membeli sebuah ilmu dibutuhkan waktu dan biaya yang tidak murah. Namun, kebiasaan sebagian besar masyarakat kita adalah mengeluarkan waktu dan biaya sedikit mungkin untuk mendapatkan ilmu tersebut. Hal inilah yang menjadi penyebab kebuntuhan ilmu di negeri ini. Dari kecil kita didik untuk menghindari resiko, menghindari apa yang dinamakan “pemborosan waktu”. Kita terbiasa menjawab soal dengan pakem A=A, jika ada jawaban A=B tanpa pikir panjang jawaban itu langsung dianggap salah, jawaban sesat, bahkan jawaban mursal. Itulah sebabnya tradisi berpikir, tradisi mencari, tradisi ijtihad dan tradisi kreatif dalam kehidupan berilmu di Indonesia cenderung lemah.
Bencana alam Gunung Merapi dan Tsunami memang tidak dapat dihentikan. Namun bencana banjir di Wasior dapat dicegah jika ilmu konservasi alam di terapkan secara benar (misalnya). Bencana Merapi dan Tsunami dapat dikurangi dampak kerusakan jika kita mengacu pada ilmu sejarah (misalnya). Suatu contoh: saat bencana terjadi pasti pertama-tama kendala kita adalah masalah transportasi dan komunikasi. Dua hal tersebut selalu menjadi kendala utama dan terus terjadi berulang-ulang. Alangkah lebih cepat dan tanggap jika kita ingat akan sejarah tersebut dan memikirkannya bagaimana membuat saluran transportasi dan komunikasi darurat secara efisien dan efektif didaerah lain yang rawan bencana. Alangkah lebih bagus lagi jika para ahli, ilmuwan dan cendekiawan kita meninggalkan apa yang disebut NATO (No Action Talk Only).
Dari Pray Menjadi Action
Pray for Indonesia sebuah selogan yang kini marak digunakan oleh media telivisi, internet dan masyarakat Indonesia. Sebetulnya istilah Pray sendiri bermakna: kita memohon/berharap dan berdoa agar Indonesia ini terhindar dari bahaya dan bencana dan itu sangat mulia sekali. Namun, pray saja tidak cukup harus diikuti kata action. Pray adalah kata kerja bentuk pasif karena kita memohon, sedang action adalah kata kerja bentuk aktif yang artinya kita melakukan sesuatu. Sekarang kita sejenak berpikir, bayangkan kita berada dalam sebuah kelas yang berisi 40 siswa dan 1 orang guru. Kira-kira guru lebih cepat hafal dan simpati pada siswa yang Aktif atau siswa yang Pasif? Ini adalah logika manusia jangan disamakan dengan logika Tuhan.
Logika Tuhan, tentu hanya Tuhan yang tahu dan menjadi hak preogatif Tuhan itu sendiri. Namun itulah kita, menggunakan kata action berarti kita mengorbankan waktu, tenaga dan juga uang kita untuk membantu saudara kita, untuk membantu memikirkan bagaimana dampak jangka panjangnya. Apakah nanti saudara kita bisa pulih lagi perekonomiannya? Apakah saudara kita nanti tidak mengalami trauma? Sehingga malas menjadi produsen bahan pangan? Apakah nanti saudara kita trauma tinggal ditepi laut? Sehingga tidak ada yang mengelola laut kita? Dan beribu apakah yang harus kita jawab, jika kita menggunakan kata action. Itulah resiko yang harus kita tanggung jika menggunakan kata action. Maka untuk mengambil resiko sekecil mungkin kita menggunakan jalan Pray tadi.
Penutup
Butuh waktu untuk mengubah semua hal. Butuh waktu untuk mengubah tradisi berpikir dan mencari. Butuh waktu merubah tradisi dari pasif menjadi aktif. Indonesia engkau adalah bangsa yang besar, bangsa yang mempunyai sejarah panjang. Budayamu, kekayaan alammu, ketinggian akhlak pendudukmu, kearifan lokal, kecepatan belajar pendudukmu. Semua-semua jangan sampai terkubur dan mati begitu saja. Semua-semua jangan sampai berubah dari aktif menjadi pasif. Berubah menjadi aktif bukan untuk mencari sebuah lebel dalam diri kita. Berubah menjadi aktif adalah untuk kembali kepada diri kita sendiri yang sejati. Dan ternyata itu membutuhkan waktu yang tak terhingga.
Namun saudaraku, saudara kita yang ada di Yogya dan sekitarnya, Mentawai dan sekitarnya, Wasior dan sekitarnya tidak punya banyak waktu untuk menunggu. Aksi kita, uluran tangan kita dan tentu saja pray kita ditunggu oleh saudara-saudara kita. Jangan sampai saudara kita yang menolong adalah tetangga kita. Akhir kata Action For Indonesia. Yakin Usaha Sampai. Amin.