11/09/09

KONFLIK BUDAYA INDONESIA VS MALAYSIA ( Sebuah permainan korporasi?)

Memang agak telat ngedobos menemukan sebuah esai ini. Sebuah esai dari Etmusikolog(Duniaesai.com) Rizal Siagan. Beliau sangat terkaget-kaget sekaligus geram , ketika membuka halaman sebuah situs yang memuat berbagai video musik. dan ternyata dejumlah senandung lagu dalam tradisi ronggeng melayu kini hak ciptanya sudah dikuasai salah satu raksasa industri rekaman ternama yaitu WARNER. Kita tahu bahwa warner merupakan korporasi yang menguasai industri permusikan dunia. Pertanyaannya sekarang adalah, siapa yang menjual lagu-lagu ronggeng Melayu tersebut? Kata Rizal tentang senandung lagu-lagu Melayu yang beliau akrabi pada masa kecil di Medan. melihat tulisan beliau, saya jadi ingat buku yang ditulis oleh " John Perkins" dalam Confessions of an economic hit man. Beliau adalah seorang ekonom yang bekerja untuk perusaan MAIN di Boston AS. Sebuah perusahan konsultan yang tugas utamanya menguasai perekonomian negara-negara berkembang, dan dibagi-bagikan kepada korporasi/ MNC(Multi Nasional Corporation). Yang dibungkus dengan indah sebagai bagian dari percepatan pertumbuhan ekonomi supaya negara-negara berkembang bisa sejajar dengan negara maju.
Hak Kekayaan Intelektual(Pandangan pribadi ngedobos)
HAKI merupakan biang keladi dari semua konflik yang terjadi selama ini. Bagaimana penyebab kita ribut-ribut masalah reog, batik, tari pendet, sampai lagu rasa sayange. Juga masalah tempe dengan Jepang. Untuk kasus yang terakhir kita tidak begitu ribut, kenapa ya? Padahal masalah tempe ini lebih besar dampaknya bagi perekonomian dari pada masalah tari-tarian. Bukankah tempe merupakan makanan khas Indonesia, dan sudah sejak dulu diproduksi oleh masyarak Indonesia dan menjadi mata pencarian Masyarakat kecil. Inikah cermin nasionalisme pemuda Indonesia? Kenapa tidak bisa membedakan mana yang lebih penting dari yang terpenting. Okey, kembali ke masalah korporasi-korporasian. Masih ingatkah kita masalah Ambalat? Sebuah kawasan kaya minyak yang sungguh sangat menggiurkan. Kita lihat siapa yang bermain di minyak-minyakan itu, mereka adalah korporasi asing seperti exxon mobile, calltex, sheell dan konco-konconya. Ini sangat berbahaya, jika ini memang benar alangkah mundurnya pola pikir kita. Mind set kita telah dirasuki oleh: Corupted mind dan kapitalis mind. waduh, Ngedobos gak bisa membayangkan, bagimana jadinya kalau bahasa khas kota tercinta ngedobos(Surabaya) yaitu Jancuk di klaim oleh salah satu pihak, dan di patenkan. Ini bukan omong kosong, indikasi kearah tersebut sudah ada, meskipun hanya sebatas kata cak-cuknya saja. Jangan-jangan juga nanti hak cipta atas nama Nabi Muhamad, Allah, Sang Hyang Widi, Yehova dan lain sebagainya di klaim oleh orang lain, sehingga kalau kita beribadah kita harus kasih royalti kepada orang lain. wah bisa-bisa kita ndak usah beribadah. Masihkah kita mengagung-agungkan HAKI? Bukankah semua yang ada pada kita itu bukan milik kita. Kita lihat, jika kita mengungkapkan gagasan/ ide atau bahkan menemukan sesuatu bukankah itu semua merujuk dari sebuah pengalaman, teori/ilmu dan ilham yang datang dari Gusti Allah(dlm Islam). Bukankah itu semua datangnya bukan dari dalam diri kita? pantaskah kita mengakui yang bukan milik kita menjadi milik kita? Itu namanya mencuri, merampok dan mengibuli sing gawe urip. Ayolah kita ubah pola pikir kita, jangan lagi dicemari oleh pikiran-pikiran korupsi dan kapitalis. Saya teringat kata-kata dari Albert Enstein, " janganlah menjadi orang pandai tapi jadilah orang yang berguna. Tapi, lebih baik lagi jadi orang pandai dan berguna. Bagi orang Islam bukankah salah satu yang amalan yang tidak terputus pada saat kita Wafat adalah ilmu yang berguna. kalau ilmu kita daftarkan kepada HAKI maka logikanya setiap orang yang mau menggunakan ilmu itu harus membayar royalti. bagaimana ilmu itu bisa berguna, kalau orang yang mau memakai harus membayar ilmu itu? Kesimpulan
Mari kita lebih berpikir secara mendalam, tentang konflik Malaysia ini. Supaya kita tidak ditertawakan oleh orang lain, tentang betapa bodohnya kita. Bukankah Bung Karno pernah bilng, "Yang kita serang bukan bangsa Malaysia tetapi Jiwa Imperalismenya, dalam hal ini UNited kingdom(Inggris). Ayo teman-teman, dulur-dulurku sebangsa dan setanah Air mari kita berpikir arif dan bijaksana. Untukmu negeriku, semoga nama engkau akan semakin harum. AaaAammmmiinnnn. Dari rakyat yang cinta negerinya. Silakan Kritik, saran dan cacian dari pembaca. Untuk Indonesia yang lebih baik.

2 komentar:

Lawan mengatakan...

memangnya sejak kapan sih ada sistem mengklaim dan memberi royalti..?

Kopral Cepot mengatakan...

Minal'aidzin wal fa'idzin
Maaf's Lahir n bathin
Met Lebaran brataar :)