21/11/09

BERLAGAK MENJADI AHLI DALAM MENGANALISA RENCANA PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA

Masih sangat segar dalam ingatan kita pembangunan jembatan Suramadu, yang menelan biaya sebesar ± 100 Triliun, dengan jangka waktu pembangunan 5 tahun. Sekarang pemerintah mempunyai rencana gawe yang setara dengan pembangunan jembatan suramadu, yaitu pembuatan jembatan selat Sunda yang dananya kurang lebih juga 100 Triliun. Proyek pembangunan jembatan ini dengan perkiraan dana investasi sebesar yang saya sebutkan diatas, akan mulai ditawarkan oleh pemerintah melalui buku Private Public Partnership( Proyek yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta) dan berarti masuk dalam kerangka kerja sama antara pemerintah dan swasta.
Hal ini seperti diungkapkan oleh seketarias kementrian Negara perencanaan pembangunan Nasional/Bappenas Syahrial Loetan. Buku PPP( Private Public Partnership) yang merupakan paduan investor untuk memilih proyek infrastruktur mana yang menjadi prioritas. Dalam hal ini pemerintah menawarkan 87 proyek senilai $ 34,139 miliar atau setara dengan 375,529. Wow sebuah angka yang sengat fantastis ditengah kekacauan financial republik tercinta ini.
Kepala Unit Kerja President Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Kuntoro Mangkusubroto menegaskan Menteri Pekerjaan Umum diwajibkan menyiapkan surat keputusan mengenai penunjukan Tim Nasional yang merupakan gabungan dari orang-orang di Jawa dan Sumatera dalam menyiapkan proyek ini. Selain Pembangunan jembatan Selat Sunda, pemerintah juga mempunyai Alternatif lain yaitu, pembanguanan Terowongan bawah laut atau atas laut, seperti yang dilakukan Prancis dan Inggris. Jika opsi kedua imi yang dipilih maka perkiraan dana dan umur pakai proyek adalah 49 triliun dan sekitar 20 tahun masa pemakaian.
Data direktorat Bina Teknik, Ditjen Bina Marga Departemen PU, menunjukkan tahun 2050 akan ada lalu lintas yang tidak tertampung sebanyak 57.600 kendaraan per hari jika Sumatera-jawa masih tergantung feri, maka akan terjadi sebuah kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas yang semakinparah. Hal ini dikarenakan kapasitas Feri sekarang hanya 18.000 kendaraan per hari(Kompas,10-11-2009). Wah, hal ini sangat menarik untuk kita diskusikan bersama, sebagai bahan obrolan yang menyenangkan untuk mengisi waktu senggang. Mari kita mulai acara Ngedobosnya, ojok lali ngombene ambek camilane.

Dalam tulisan Ngedobos yang berjudul “ Meningkatkan peranan pertanian Indonesia sebagai sektor primer penggerak perdagangan Indonesia” disitu sudah ngedobos jelaskan bahwa sektor pertanian merupakan sebuah sektor dasar untuk membangun sebuah bangsa yang lebih maju dan lebih besar. Sayangnya di tulisan yang terdahulu ngedobos tidak bisa menampilkan Tabel dan Kurva untuk melengkapi data tulisan ngedobos tentang hal tersebut ( maafkan karena ngedobos baru belajar Ngeblog ). Dalam hal ini ngedobos akan lebih menyoroti tentang sisi kelautannya. Kalau dalam tulisan ngedobos yang berjudul “membangun karekter nasional dengan semangat bahari dan konsep manuggaling kawulo gusti” bahwa semangat bahari merupakan dasar untuk membangun bangsa ini, maka dalam tulisan ini, mari kita agak berpikir lebih dalam mengapa hal tersebut sangat penting.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Negara ini 70% wilayahnya adalah laut, maka itu Indonesia disebut Negara maritime. Tapi mengapa? Indikasi ke-arah penghilangan kaekter asli bangsa ini terus berjalanan. Hal ini diperparah oleh sifat anak-anak muda bangsa ini yang tidak pwduli bahwa kita akan dihancurkan secara pelan-pelan. Nanti kalau sudah terjadi kita akan berbicara “ loh kok jadi begini ya?oh ini gara-gara si A, si B, atau siapa-lah” wah kalau begitu terus maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang sangat bodoh, danlebih bodoh lagi karena menyepelekan sejahrah dan tidak mengetahui jati dirinya sendiri. Lagi-lagi saya jadi teringat dengan tulisan jadul dari Pak Mochtar Buchori yang berjudul “ Adakah Masa Depan untuk Indonesia” disitu beliau bercerita tentang, anak-anak muda bangsa Indonesia yang sangat cerdas dan pintar. Mereka bekerja di dunia pelayanan jasa keuagan di perusahaan internasional, yang merencanakan untuk merangkai kawasan-kawasan seluruh Indonesia melalui sistem jaringan komunikasi dan distribusi, dan membuat Indonesia menjadi suatu mata rantai yang kokoh dalam jaringan dengan dunia usaha di Asia Tenggara.
Yang lebih membuat beliau miris adalah: bisnis apa yang akan mengalir tidak menjadi soal, entah itu minyak, gas, air atau sumber daya alam lain tidak masalah. Yang penting adalah jaringan komunikasi dan distribusi ini terbentuk. Dan kalau bisa jaringan ini dikuasai oleh modal yang diwakili perusahaan tempat mereka bekerja. Apa perusahaan itu bekerja dengan modal CINA, EROPA, USA tidak menjadi masalah. Dan lebih menyedihkan lagi. Anak-anak muda yang sangat cerdas ini tidak memiliki kepedulian untuk bangsa dan negaranya. Apakah Indonesia akan terpuruk atau bangkit keatas tidak menjadi soal, “ They just don’t care”.
Untuk memahami masalah ini, mari kita mulai dulu ke ujung pulau Madura, ada apakah disana? Sebuah kandungan minyak yang sangat besar di ujung pulau Madura tepatnya di Kabupaten Sumenep. Kabupaten bekas kerajaan Madura ini, memiliki sumber daya alam minyak yang sangat potensial dan saat ini sudah mulai direncanakan untuk dibangun. Mari kita bergeser di kabupaten Bangkalan, tanah-tanah di daerah tersebut sudah dibeli oleh pengembang-pengembang besar, pemain bisnis property skala internasional. Meskipun Madura mempunyai tanah yang tandus, tapi disitu memiliki potensi Garam berkualitas yang sangat luar biasa, dan cadangan sumber daya alam yang bak bisa dianggap remeh. Sebuah pangsa pasar yang besar telah menanti di pulau eksotis ini.
Kita bergeser ke kota Surabaya tercinta, sebuah kota maritim, yang telah hilang semangat kemaritimannya. Mari kita lihat ada apa di kota tercinta ini? 1. Jelas sebuah pusat bisnis. 2. Pangkalan armada timur. 3. Pusat pemerintahan Provinsi Jawa Timur. 4. Salah satu barometer pendidikan nasional. 5. Salah satu pusat sejarah yang sangat penting bagi Indonesia.
Sebagai pusat bisnis, para pengusaha pasti ingin melebarkan jaringan usaha-nya. Entah itu mebeli perusahaan lain atau marger. Yang terpenting adalah memperkuat dan meperluas jaringan. Dengan adanya akses jalan Suramadu dan pembangunan MerII-C hal ini sangat memungkinkan untuk terjadi-nya hal diatas. Hal ini sangat menguntungkan perekonomia-an Indonesia, dengan adanya perluasan berarti ada kegiatan ekonomi, ada kegiatan ekonomi berartia ada transaksi ekonomi, ada transaksi berarti ada jual beli dan ujungnya kenaikan pendapatan. Nah disinilah permulaan permasalahannya. Sudah menjadi hal umum jika pemerataan pendapatan ekonomi di Negara ini sangat timpang dan yang lebih penting lagi adalah kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan akibat kegiatan ekonomi diatas.
Ketimpangan ekonomi di Surabaya sangat terasa jika kita berjalan kaki menyusuri kampung- kampung di daerah sekitar pusat perbelanja-an Surabaya. Bagaimana terjadinya sebuah paradox ekonomi sangat terlihat jelas. Setelah itu kita bergeser di daerah pesisir Surabaya, semakin parah saja paradox itu terjadi. Seperti yang di gambarkan oleh A. Lewis ( tulisan Ngedobos tentang stren kali jagir) Bahwa sektor formal(Industri-perbelanjaan) akan sangat diminati dari pada sektor perikanan/kelautan. Mari kita lihat nasib para nelayan dan para pengusaha feri. Sangat tidak jelas dan jarang ada media yang mau jujur membahas masalah ini. Terlebih lagi masalah pembangunan Suramadu dan Merr-IIC. Hal tersebut semakin memperparah paradigma bangsa lautan, yang telah hilang semangat lautnya.
Bergeser ke-arah pendidikan, sudah sangat jelas jurusan-jurusan yang menyinggung ke-lautan sangat tidak diminati oleh anak muda atau generasi penerus bangsa. Ini akan menjadi masah jangka panjang, bahkan sekarang-pun menjadi masalah, dikarenakan kita akan kekurangan tenaga-tenaga ahli untuk mengelola laut kita. Selain masalah pendidikan, kekuatan laut bangsa ini sudah sangat parah untuk menjaga kedaulatan Negara ini. Bagaimana bisa kita mengejar kapal-kapal asing yang mempunyai kecepetan begitu luar biasa dengan kapal butut kita? Entah sudah berapa kali tulisan-tulisan yang membahas masalah ini, tetapi pemerintah tidak mau peduli, dan sibuk mengurusi pertandingan cicak vs buaya. Inikah yang dinamakan jaman kegelapan(The Dark Age)?
Surabaya yang bertempat di muara sungai dan terkenal dengan kegiatan perdagangan lautnya, baik jaman keraja-an, penjajahan sampai sekarang. Akan-kah itu hilang? Ngedobos kira tidak akan hilang, tetapi hanya dinikmati oleh orang itu-itu saja, sehingga apa yang terjadi? Sebuah negeri penjahat dan kerajaan kegelapan yang berkuasa. Dan pembangunan Jembatan Suramadu memperkokoh hal itu.
Terus apa hubungan-nya dengan pembangunan jembatan selat sunda? Hubungan-nya? Sebentar-sebentar coba saya jawab-ya. Kalau melihat masalah ini, kita harus melihat secara keseluruhan ada potensi apa saja di daerah Jawa, Sumatera dan Bali(di buka ya petanya). Pertama ada yang namanya blok cepu dan blok bojonegoro, sebuah pusat pertambangan minyak, dan dihubungkan dengan jalur pantura. Hal ini masih disambung dengan blok Sumenep yang juga mempunyai kandungan minyak yang sangat besar. Jelas pembangunan jembatan selat sunda sangat menguntungkan untuk jalur pendistribusian, belum lagi perekonomian-perekonomian yang dilalui-nya, yang nantinya akan berpusat di Jakarta. Komomditas hasil tambang tetap akan memegang peranan dalam permasalahan ini.
Kita lihat di Sumatera ada apa saja di sana? Sangat banyak dan menggiurkan, mulai gas alam sampai batu bara, kelapa sawit semua ada disana. Jika pembangunan jembatan itu jadi dilaksanakan, maka pendistribusian barang-barang diatas akan semakin cepat dan menurunkan biaya. Kita bergeser ke Bali. Loh kenapa di Bali? Bali merupakan tempat pariwisata yang sangat terkenal di dunia intrnasional. Dengan adanya jalur-jalur yang menghubungkan diatas, maka yang akan mempercepat pertumbuhan bisnis pariwisata disana. Apa lagi rencana pembangunan jalan trans jawa, yang akan melewati hutan lindung alas purwo, wow akan semakin hebat lagi Negara ini.
Permasalahannya
Setelah panjang lebar menjelaskan kondisi jaringan-jaringan di Jawa, Sumatera dan Bali. Kita masuki masalah-masalah yang akan timbul. 1. Masalah pertanian, fakta sejarah sudah berbicara bahwa: tidak ada suatu Negara-pun di dunia ini yang maju tanpa didukung oleh sektor pertanian-nya. Sudah jelas Negara Indonesia adalah Negara agraris dan Negara maritime kenapa dua hal ini ditinggalkan? 2. Ketimpangan pembangunan, sudah sangat jelas pembangunan Negara kita miring ke “barat” tetapi kenapa masih diteruskan? Alangkah lebih baik jika dana sebesar 100 trilliun itu digunakan untuk membangun daerah Indonesia timur. Sangat berbahaya-loh jika daerah ini kita tinggalkan. 3. Kerusakan lingkungan, sudah jelas pembangunan jembatan-jembatan itu akan merusak habitat-habitat laut yang ada. Sebelum dibangun jembatan itu sudah rusak, apa lagi dibangun jembatan malah akan merusak habitat-habitat disana. Selin itu sara pendukung jalur penyatuan Sumatera, Jawa dan Bali yang akan melewati kawasan-kawasan konservasi, akan menimbulkan demegage yang besar untuk lingkungan. Kawasan konservasi kok mau dibuat jalan raya? 4. Tergusurnya sektor informal, jika hal ini terjadi maka pengangguran akan menigkat dan akhirnya bangsa kita akan menjadi BABU di negeri sendiri. Sungguh sangat ironis Negara kayak ok penduduknya jadi BABU. 5. Hilangnya semangat BAHARI, jika semangat ini hilang, maka sudah dipastikan Negara ini HANCUR. Betapa tidak, sudah jelas luas wilayah laut lebih besar dan sangat besar dari pada wilayah darat, tapi mengapa ditinggalkan? Bukan-kah rejeki bangsa ini terletak dilautan? Mulai dari hasil tambang, wisata, pertanian, sampai transportasi.
Penutup
Yah, setelah sekian lama kita Ngedobos dan berlagak menjadi seorang ahli. Akhirnya sampai pada sebuah penutup dari tulisan ini. Apakah ini yang dimaksud-kan pembangunan jaringan seperti yang dimaksudkan oleh Pak Mochtar Buchor? Wallhuallam. Kita adalah Negara muslim yang dikarunia-I oleh sumber daya alam yang sangat luar biasa sampai membuat iri Negara-negara di dunia. Tapi mengapa kita selalu salah dalam mengelolanya? Masalah kelautan selalu kita tinggalkan. Kita selalu ingin cara yang praktis, yaitu ingin menikmati kekaya-an tanpa perlu bekerja keras. Pembangunan jembatan-jembatan itu mungkin akan sangat berguna dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang-nya ya tinggal menghitung hari saja. Cobah-lah kita berhitung dengan metode analisis dan biaya sosial, yang telah saya tulis sebelumnya. Coba kita hitung secara benar-benar, apakah proyek itu layak atau tidak?
Sungguh sangat ironi kalau bangsa yang 70% wilayahnya adalah laut, eh malah meninggalkan lautnya. Ngedobos jadi teringat perkataang Guru Ngedobos, Rasulluah bersabda: Umat Islam harus menguasai 3 hal, yaitu Laut, Pasar dan Masjid , saying ngedobos lupa hadist riwayat siapa. Berpedoman dari hadis diatas. Maka laut merupakan akses yang sangat penting dan sumber Rizki yang sangat luar biasa. Di laut, berbagai macam kebutuhan hidup ada, tinggal kita sendiri yang mau atau tidak untuk mengambilnya. Ngedobos hanya bisa berdoa semoga pembangunan jembatan itu tidak jadi, dan semoga dana sebesar 100 Triliun itu, digunakan untuk mebangun Indonesia bagian timur. Silakan para pembaca berpikir secara bebas, still at freedom mind. Semoga bangsa ini dituntun Gusti Allah menuju ke-arah yang lebih baik. Amin

Tidak ada komentar: