06/12/09

MENERKA-NERKA APA YANG AKAN DIBICARAKAN DI KONFERENSI PERUBAHAN IKLIM KOPENHAGEN 7-18 DESEMBER 2009

Pada kesempatan kali ini mari kita menggedoboskan sebuah agenda penting, dan yang sangat-sangat penting bagi kelangsungan kehidupan dunia(bahkan lebih penting dari isu 2012). Masalah yang akan di Ngedoboskan pada kesempatan kali ini merupakan masalah nyata lebih dari sekitar isu 2012. Yak tak salah lagi pertemuan tingkat tinggi Negara-negara didunia, membahas perubahan iklim dunia yang bertempat di Kopenhagen Denmark.
Berikut akan kita lihat tulisan dari Gesit Ariyanto( Kompas 1 Desember 2009). perubahan iklim telah diperediksi memicu konflik. Namun perhitungan secara serius dan kuantitatif belum dibuat, hingga sepekan lalu ketika sejumlah ilmuwan dari Amerika Serikat menyatakan, perang saudara di Afrika akan meningkat 55% pada tahun 2030. Pada saat itu, sesuai pemodelan iklim, suhu rata-rata di benua Afrika diperkiran meningkat sedikitnya satu derajat celcius. Kenaikan yang tidak bisa dibilang kecil karena berdampak pada banyak hal.
Dengan kata lain, kenaikan suhu sangat mungkin meningkatkan potensi konflik hingga 50%, dan pangan menjadi alas an mendasar dalam perang tersebut. Kajian kaitan antara perang sipil dengan perubahan iklim itu dimuat pada jurnal proceedings of national academy of sciences, 23 November 2009 lalu. Ketahan pangan merupakan topik utama dan mengancam banyak Negara di beberapa benua, karena perubahan iklim.
Perubahan iklim-pun juga sangat berdampak pada Negara tercinta kita. Masih menurut beliau, yang berdampak langsung dan kelihatan adalah penduduk pesisir pantai alias nelayan. Beberapa wujud dari perubahan iklim ini adalah: Pasang yang sangat tinggi, abrasi yang kian cepat, musim tak terprediksi, serta panen ikan yang merosot.
Data koalisi Rakyat untuk keadilan perikanan(Kiara) tahun 2008 menunjukkan, hari melaut nelayan rata-rata hanya 180 hari atau 6 bulan. Akibatnya keluarga nelayan-pun kian terjerat hutang. Data diatas sejalan dengan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika(BMKG). “ Kondisi berubah laut dalam 4 tahun terakhir dan itu merata” Kata Edvin Aldrian, Kepala pusat perubahan iklim dan kualitas udara BMKG.
Berangkat dari sumber diatas, mari kita Ngedoboskan kira-kira apa saja ya, yang akan dibicarakan pada konfrensi Kopenhagen. Ayo mari kita mulai Ngedobosnya dengan camilan dan teh susu hangat. Lets the begins.
Kegunaan dan Nilai ekonomi keanekaragamam laut
Tidak dapat kita pungkiri lagi wilayah Indonesia bahkan Dunia sekitar 70% adalah lautan. Bahkan ada pepatah yang sangat terkenal siapa yang menguasai laut, dia akan menguasai dunia( Who is command sea, he is command the world). Wilayah pesisir Indonesia mempunyai kegunaan dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat dunia. Tingginya keanekaramagaman hayati di laut dapat merefleksikan potensi ekonomi daerah pesisir dan lautan tersebut, dalam artian bahwa semakin tinggi keanekaragaman hayati yang terkandung, semakin besar potensi yang dapat dikembangkan( Prof. Rokhmin D, Keanekaragaman Hayati laut, hal 145).
Potensi laut Indonesia yang begitu besar, belum atau hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan, baik oleh Pemerintah Indonesia maupun masyarakat pesisir. Diantara manfaat laut adalah: 1. Sebagai sumber bahan baku makanan: dalam 30 tahun terakhir, penelitian-penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa makanan dari laut atau lebih dekenal dengan sebutan seafood mempunyai pengaruh yang positif bagi kesehatan.
2. Sumber bahan baku : berbagai bahan bioaktif( bioactive substance, natural product) yang terkandung dalam biota perairan laut seperti omega-3, hormone, protein dan vitamin memiliki potensi yang sangat besar bagi penyedia-an bahan baku industry farmasi dan kosmetik. 3. Sumber plasma nutfah. Plasma nutfah merupakan sumber yang sangat berharga dan tak ternilai harganya. Dengan wilayah yang hanya 1,3% dari luas bumi, Indonesia memiliki lebih dari 37% seluruh spesies ikan yang telah teridentifikasi di seluruh dunia.
4. Pengatur proses-proses ekologis : sumber daya alam pesisir dan lautan sangat besar peranannya dalam mendukung fungsi ekologis bagi kehidupan biota. Berbagai macam habitat utama tumbuh di wilayah pesisir lautan. Hal ini berguna untuk tempat berkembang biak dan membangun sebuah ekosistem kehidupan. 5. Pengaturan iklim global : wilayah pesisir dan laut sangat berpengaruh untuk mengatur iklim global. Hal ini dikarenakan kehidupan di laut dapat mengontrol konsentrasi CO2 di atmosfer. Dan diperkirakan gas CO2 di atmosfer yang kandungannya mencapai 700 milliar ton dipertahankan melalui laut. Hal ini dikarenakan populasi fitoplankton(pembentukan minyak bumi) yang berupa diatom mengambil CO2 untuk proses fotosintesis.
Melihat beberapa dari seluruh kegunaan dan nilai ekonomis kelautan, tak bisa kita pungkiri bahwa kerusakan laut merupakan penyebab utama kerusakan iklim dunia. Indonesia seharusnya mengambil kesempatan ini, dengan menjaga dan mengelola lautnya secara tepat dan benar. Tidak malah mengabaikan bankan berencana membangun jembatan-jembata laut baru. Itu masih dampak ekologisnya, belum dampak sosial ekonomi bagi masyarakat pesisir dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Kontrol ekonomi terhadap polusi
Polusi atau residual atau entropi, yang dihasilkan oleh alam menghasilkan polutan yang kecil dan mampu diserap kembali dengan cepat. Yang menjadi masalah adalah polutan yang dihasilkan oleh manusia melalui proses-proses kegiatan ekonomi yang mereka lakukan. Polutan ini tidak mampu diserap oleh lingkungan sehingga sisa dari polutan-polutan yang tidak terserap tadi teraklumulasi/terkumpul menjadi satu dan lama-kelaman menjadi besar, sehingga mempengaruhi keseimbangan iklim dunia( the balance of climate).
Kerusakan yang ditimbulkan akibat akumulasi tadi, melahirkan biaya sosial yang harus ditanggung oleh manusia. Biaya sosial ini-lah yang sangat sulit ditentukan, dikarenakan parameter dan tolak ukurnya tidak jelas. Salah satu konsep yang mungkin mampu mereduksi dan mengontrol polutan yang dihasilkan manusia adalah dengan cara menggunakan alokasi pasar terhadap polusi.
Dimana perusahaan yang memproduksi suatu produk, yang menggunakan bahan material kasar(raw materials) dari awal harus dibebani biaya sosial berupa pajak atau skema biaya sosial lain, dan dihitung melalui metode benefit cost analysiz. Memang hal ini tidak sepenuhnya menjamin keberhasilan dikarenakan biaya kerusakan merupakan biaya eksternalitas, yang kebanyakan perusahaan jarang yang mau menanggungnya.
Tapi penggunaan valuasi pasar diatas, setidaknya mampu mengeficientkan skema biaya untuk mengontrol polusi yang dihasilkan oleh suatu kegiatan ekonomi. Efesiensi kontrol pertambahan biaya(marginal cost) sama dengan pertambahan kerusakan lingkungan yang dihasilkan oleh polusi dari masing-masing kegiatan ekonomi. Salah satu jalan untuk mencapai keseimbangan yang menentukan pembatasan hukum yang diperbolehkan untuk membuang pencemaran, bagi kegiatan-kegiatan ekonomi. Dan alternative lainnya adalah menginternalisasikan biaya-biaya tadi. Yang dimaksud dengan internalisasi adalah: Peristiwa eksternalitas dalam hal ini polusi yang dihasilkan, dimasukkan kedalam komponen mekanisme harga.
Solusi terhadap masalah polusi(prespektif ekonomi)
Teori ekonomi memberikan 3 dasar cara untuk menyelesaikan masalah polusi yang dihasilkan dari aktifitas ekonomi. Yaitu : 1. Subsidi pajak, 2. Regulasi dan 3. Pajak emisi. Yang akan kita pereteli satu-satu.
1. Subsidi pajak : untuk menggambarkan hal ini, kita merujuk pada ekonom terkenal yaitu A.C Pigou, yang menggunakan kekuasaan dan wewenag pemerintah pusat untuk menentukan besarnya harga dari residual yang dihasilkan. Pajak dapat langsung menarik sekumpulan perusahaan untuk merealisasikan proporsi limbah buang-nya. Di dunia nyata, teori ini bisa berhasil, jika pemerintah meng-implementasikan secara tegas dan kuat. Dengan hitungan yang berdasarkan prinsip Pigovian solution.
2. Regulasi : alternate yang kedua adalah penerapan regulasi. Pendekatan dari alat ini, dengan menghitung secara langsung berapa kuantitas residu yang diperbolehkan dalam sebuah kegiatan ekonomi. Biasanya pemerintah menerapkan alat ini, untuk mengontrol polusi yang dihasilkan barang input atau raw materials, seperti Batu bara, atau reaksi kimia di pabrik-pabrik. Penerapan perbeda-an dalam regulasi dapat menyebabkan sebuah kegagalan pasar. Sehingga pasar menjadi tidak efektif, peraturan tidak dipatuhi dan polusi akan semakin tidak terkontrol.
3. Sertifikat Polusi : apa yang dimaksud dengan sertifikat polusi? Yang dimaksud dengan sertifikat polusi adalah ijin untuk memproduksi emisi kepada pemerintah, dan pemerintah memeriksa kelayakan dan menerbitkan sertifikat polusi tadi. Dengan adanya sertifikat ini perusaha-an yang mengajukan mempunyai batas perijinan untuk menghasilkan polusi, jika batas ini dilanggar maka akan dikenai penalty atau denda. Kelebihan dari alat ini adalah: setiap perusahaan mendapatka batas limits yang berbeda, sesuai dengan kemampuan mereka dalam mengelola limbah. Ide ini dicetuskan oleh econom J.H Dales.
Permasalahan dan pertanya-anya sekarang adalah bagaimana pemerintah meng-efektifkan dan meng-efisienkan kebijakan ini? Untuk itu benar-benar dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan pelaku ekonomi untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan sejahtera. Jika tidak begitu, wah bisa gawat seperti yang terjadi sekarang. Orang-orang sedunia dunia pada bingung menanggulangi-nya.
Kenapa pencemaran tidak bisa hilang? Hal ini dikarenakan pencemaran merupakan sebuah fenomena yang bersifat pervasive(akan tetap selalu ada) sebagai akibat dari proses aktivitas ekonomi, maka jalan terbaik-nya yaitu tadi mengendalikannya sampai ke tingkat yang paling efisien( Pareto improvement).
Eksternalitas dan Kegagalan Pasar
Kenapa masalah lingkungan ini selalu jarang kita perhatikan? Kita sering disibukkan oleh berita-berita politik, hukum dan market financial. Masalah cicak vs buaya yang kini merembet ke Bank Century menyedot perhatian publik yang sangat-sangat besar sehingga timbul para komentator-komentator jagoan, yang cuman bisa omong tanpa bisa melihat substansi dari permasalahan itu sendiri. Para ahli-ahli kita atau surat kabar jarang sekali membahas masalah yang sangat penting ini. Coba ijinkan Ngedobos sedikit menjawabnya, menurut ilmu ekonomi sumber daya alam dan lingkungan merupakan barang public. Yang nama-nya barang publik ini tidak ada yang memiliki-nya, tapi ada yang memanfaatkan-nya. Oleh karena itu timbul-lah eksternalitas.
Sebenarnya dalam konstitusi kita UUD 1945 pasal 33, sudah diatur mengenai masalah eksternalitas itu sendiri. Apa itu eksternalitas? Eksternalitas adalah : konsumsi barang publik yang sering menimbulkan apa yang disebut dampak eksternal baik positif maupun negative.
Didalam ilmu ekonomi klasik mengatakan bahwa, “ meskipun pengendalian kelembagaan selain free market bisa saja menghasilkan alokasi yang efisien, namun hanya mekanisme pasar yang akan menghasilkan alokasi yang efisien dan optimal”. Dengan kata lain, jika pasar tidak eksis, alokasi sumber daya tidak akan terjadi secara efisien dan optimal. Dalam kasus ini, sumber daya alam tidak bisa kita lepaskan begitu saja terhadap mekanisme pasar, kenapa? Dengan kita lepas pada mekanisme pasar maka, siapa yang akan menanggung eksternalitas negative-nya, dalam hal ini pemproduksi-an residual atau polusi. Dan akhirnya berdampak terhadap berbagai macam bencana dan perubahan iklim dunia, siapa yang bertanggung jawab? Saya yakin tidak ada yang mau unjuk tangan. Karena kita semua ikut bertanggung jawab.
Maka bisa dilihat disini bahwa kegagalan pasar adalah cerminan sifat sumber daya alam itu sendiri alias barang public. Jadi dalam kasus ini, pemerintah harus ikut campur tangan. Dan sebenarnya Indonesia dapat memanfaatkan hal ini lebih dulu, kenapa? Karena para founding fathers kita telah lebih dulu merumuskan tentang adanya eksternalitas ini. Kita memang selalu terlambat, alat sudah ada, peraturan sudah ada, sumber daya alam sangat-sangat ada, tapi tetap saja tidak bisa memanfaatkan-nya.

Penutup
Dari hasil Ngedobos kita di atas, maka mari kita menebak apa yang akan dibicarakan di dalam pertemuan kopenhagen nanti? Ngedobos memprediksikan bagaiman Negara-negara yang berkonfrensi ini akan membahas: 1. bagaimana membuat sebuah skema harga yang baik, untuk mengerem laju polusi dari kegiatan ekonomi. 2. Meng-alokasikan dana hasil dari skema harga untuk memperbaiki lingkungan. 3. Tentu saja menciptakan teknologi yang hemat energi dan biaya untuk meng-eksploitasi sumber daya alam. Dan untuk Indonesia, Ngedobos menebak akan mendapatkan dana dari luar negeri untuk memulihkan dan melestarikan sumber daya alam-nya.
Delegasi Indonesia harus juga memperhitungkan dampak sosio-ekonomis-nya bagi masyarakat pesisir. Karena masalah ini mempunyai dampak yang sangat luas, jauh lebih luas dari kasus bank Century. Semoga delegasi Indonesia mampu membawa kabar yang baik dan mampu menerapkan-nya secara optimal. Ngedobos percaya pada wakil-wakil Indonesia untuk pertemuan tersebut. Selamat berjuang, mari kita ciptakan Bumi yang Indah, sejuk, sejahtera dan nyaman. Sampai jumpa di ngedobos selanjutnya, dengan masalah yang berbeda. Oh ya saya lupa, tetap Meng-Allahkan-Allah, Memanusiakan-manusia dan Meng-alamkan-alam. Jangan sampai menentang hukum alam, karena hukum alam merupakan satu tingkat dibawah Hukum Tuhan.
Sumber bahan tulisan
Dahuri, Rokhmin. 2003. Keanekaragaman hayati laut. Gramedia pustaka utama. Jakarta.
Fauzi, Ahmad. 2004. Ekonomi sumber daya alam dan lingkungan. Gramedia pustaka utama. Jakarta
Randhall, Alan. 1987. Resource economics. John Wiley & Son. Canada
Tietenberg, Tom. 2006. Environmental and natural resource economics. Pearson. New York

Tidak ada komentar: